ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CHOLESISTITIS
A. Pengertian
Cholesistitis adalah suatu inflamasi pada
kandung empedu secara akut atau kronik dan biasa terjaddi akibat penggendapan
batu empedu (Mosby;1991,
1363).
A.
Etiologi
Diperkirakan bahwa
adanya sumbatan yang dikombinasi dengan infeksi bakterial merupakan salah satu
penyebab dari adanya cholesistitis akut. Sumbatan tersebut terjadi karena
adanya batu empedu yang terbentuk akibat perubahan komposisi empedu.
Batu-batu empedu tersebut bisa tedapat di
duktus koledukus, duktus hepatikus, dan duktus pankreas. Sumbatan batu empedu
dapat mengakibatkan distensi kandung empedu serta gangguan aliran darah dan
limfe dan bakteri komensal kemudian berkembang biak. Adapun jenis-jenis batu
dapat diklasifikasikan berdasarkann
substansi yang membentuknya yaitu batu yang berasal dari bilirubin dan yang
berasal dari kolesterol.
|
Batu pigmen
|
Batu kolesterol
|
Penampilan
Warna
Pembentukan
Pasca kolesistektomi
Penyakit yang berkaitan
|
Tepi bergerigi
Cokelat kemerahan tua
Intraduktus
Dapat kambuh
Keadaan hemolitik sirosis investasi
parasit
|
Permukaan halus
Bening
Di dalam vesika
felea
Jarang kambuh
Kolesterol berlebihan
|
Jenis batu
empedu, disadur dari ( “ Sodeman patofisiologi ” tab. 31-2
Hal.603 ).
B.
Phatofisiologi
Ada beberapa faktor spesifik yang mendukung
terbentuknya batu empedu yaitu; faktor metabolis, stasis dan peradangan.
1.
Faktor metabolis.
Peningkatan
salah satu dari tiga komponen utama empedu (asam empedu, bilirubin dan
kolesterol) dapat mendukung terbentuknya batu. Metabolisme kolesterol yang
tidak sempurna sering dijumpai pada orang dengan obesitas, grafida, diabetes
dan hypotiroidisme.
2.
Statis.
Penimbunan
bilirubin dalam kandung empedu akann mengakibatkan penyerapan air yang
berkelebihan dan darah empedu akan membantu mempercepat proses terbentuknya
batu.
3.
Peradangan.
Mukosa kandung empedu yang sebenarnya tidak permiabel
akan menjadi permiabel dan asam empedu yang membantu melarutkan kolesterol
diserap sehingga kolesterol gagal dilarutkan.
Setelah
batu terbentuk, maka akan menimbulkan nekrosis, tekanan dan infeksi pada
dinding saluran empedu. Akibanya akan terjadi kejang dan nyeri akibat
peradangan. Cholesistitis kronik merupakan perpanjangan cholesistitis akut.
Namun cholesistitis kronik lebih banyak disebabkan oleh mekanikal dan injuri
bahan kimia olehh batu empedu, akibat scar dan ulcer pada dinding saluran
empedu. Pada cholesisttitis kronik dapat terjadi infeksi bakteri, dan pada saluran
empedu akan terlihat putih mutiara dan cairan empedu menjadi keruh.
Perdangan pada cholesistitis akut dan kronik akan
merangsang respon tubuh. Nyeri dapat terjadi akibat hambatan aliran empedu.
Selain menimbulkan nyeri, peradangan juga dapat mengakibatkan tendernes ( lunak
) pada saluran kanan atas. Pada cholesistitis kronis dapat terjadi abstraksi
dalam jangka waktu yang lama dan mengakibatkan gangguan fungsi gastrointestinal
dan joundice.
Pathofisiologi pathway :
C.
Manifestasi klinik dan
komplikasi
1.
Cholesistitis akut
·
Nyeri
hebat pada epigastrium kanan atas secara mendadak, lalu akan menyebar
ke punggung dan bahu kanan.
·
Penderita
berkeringat banyak dan gelisah.
·
Nausea dann vomiting.
·
Nyeri
dapat berlangsung lama dan dapat kambuh lagi.
·
Bila sakit mereda, maka nyeri
dapat terjadi di atas kandung empedu,
gejala nyeri akan bertambah bila makan banyak lemak.
·
Demam
dan ikterus (bila terdapat batu di duktus koledokus dan sistikus).
2.
Cholesistitis kronis
Manifestasi klinis cholesistitis kronik hampir
sama dengan cholesistitis akut tetapi beratnya nyeri dan tanda-tanda fisik tak
kelihatan. Komplikasi yang biasa terjadi adalah adanya infeksi kandung empedu
serta obstruksi pada duktus sistikus atau duktus koledokus.
D.
Studi diagnosa dan
penemuan
1.
Pada pemeriksaan laboratorium
biasanya ditemukan adanya leukositosis, hiperbilirubinemia, dan peninggian
alkali – fosfatase.
2.
Pemeriksaan radiologik :
a. Ultrasound : menyatakan kalkuli, distensi
kandung empedu/duktus empedu.
b. Kolesistogram (untuk cholesistitis kronik)
menyatakan adanya batu pada kandung empedu.
c. Skan CT : menyatakan kista kandung empedu,
dilaktasi duktus empedu dan membedakan antara ikterik obstraksi/non obstraksi
d.
Foto abdomen (multi posisi) :
menyatakan gambaran radiology (klasifikasi) batu empedu, klasifikasi
dinding atau pembesaran kandung empedu.
ASUHAN KEPERAWATAN
I.
Pengkajian
1.
Data subjekif
a.
Adanya gangguan rasa
nyaman/nyeri : lokasi, lama, beratnya, aktor pencetus.
b.
Pada gastrointestinal : nausea,
vomiting, anorexia, eruction, tidak toleransi pada makanan berlemak, perubahan
warna urine dan faeces.
c. Riwayat demam dan menggigil, serangan
jaundice.
d.
Masalah pengetahuan tentang
pengobatan dan harapan akan pengobatan.
2.
Data objektif
a.
Tanda vital : TD, nadi,
pernapasan dan suhu meningkat.
b.
Status cairan : BB, turgor
kulit, mukosa membran lembab, intake dan out put.
c.
Adanya jaundice.
d. Distensi abdomen, tendernes pada kuadran
kanan atas.
e. Wajah menahan nyeri, perilaku berhati-hati
dan gelisah.
II.
Diagnosa Keperawatan
1.
Potensial kekurangan volume
cairan tubuh b/d Nausea, vomiting, penurunan intake,demam.
Goal : pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan yang
adekuat selama
perawatan.
Objective : -. Dalam
jangka waktu 24 jam
mukosa mulut lembab, turgor
kulit normal dan TTV dalam
batas normal.
-. Dalam jangka
waktu 2 – 3
Jam pasien tidak
menunjukkkan
gejala mual
muntah.
2. Potensial terjadi injuri dan pendarahan b/d
gangguan obstruksi vitamin K.
Goal
: pasien akan
mempertahankan keutuhan / integritas kulit selama
dalam perawatan.
Objective : pasien tidak akan menunjukkan tanda-tanda
pendarahan dan
kerusakan integritas
kulit.
3.
Nyeri b/d agen cedera biologis : obstruksi/spasemen
duktus, proses inflamasi, iskemia
jaringan/nekrosis.
Goal
: pasien akan menunjukkan perasaam nyaman selama perawatan.
Objective : dalam jangka waktu 1 – 2
Jam pasien akan menunjukkan perasaan
nyaman dan perilaku nyeri hilang.
4.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
mual/muntah dyspepsia dan gangguan pencernaan lemak sehubungan dengan
obstruksi aliran empedu.
Goal :
pasien akan pertahankan pola nutrisi yang adekuat selama perawatan.
Objective : -. Dalam jangka waktu 1 – 2 Jam mual / muntah akan berhenti.
-. Pasien akan menghabiskan porsi
makan yang diberikan setiap kali makan.
5. Kurang
pengetahuan b/d kurang terpapan informasi
Goal : pasien akan memahami tentang penyakit
dan berpartisipasi dalam program
pengobatan selama pengobatan.
Objective : dalam jangka waktu 30 menit setelah penjelasann pasien
dapat menjelaskan gambaran penyakit
secara umum.
III.
Intervensi (perencanaan)
Diagnosa
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Potensial kekurangan volume cairan b/d Nausea, vomiting; penurunan intake demam.
2.
Potensial terjadi injuri dan
pendarahan b/d gangguan obstruksi vitamin K.
3.
Nyeri b/d
agen cedera bioplogis : obstruksi/spasme duktus, proses inflamasi,
iskemia jaringan/ nekrosis.
4.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d mual/mun-tah, dyspepsia dan gangguan pencernaan lemak
sehubungan dengan obstruksi aliran empedu.
5.
Kurang pengtahuan b/d kurang
terpapar informasi.
|
·
Kaji membran mukosa / kulit,
nadi perifer dan pengisian kapiler.
·
Awasi tanda / gejala
peningkatan / berlanjutnya mual muntah, keram abdomen,kelemahan kejang,
kejang ringan, kecepatan jantung tak teratur, parestesia, hipoaktif/ tak
adanya bising usus, depresi pernapasan.
·
Hindarkan lingkungan yang berbau.
·
Lakukan
kebersihan oral dengan pencuci mulut
: berikan minyak.
·
Kaji
pendarahan yang tak biasanya.Contoh : pendarahan terus-menerus pada sisi
injeksi, mimisan, pendarahan gusi, ekimosis, petekkie, hematemesis / melemah.
Kolaborasi
·
Masukkan
selang NG, hubungkan ke penghisap dan
pertahankan potensi sesuai indikasi.
·
Berikan anti emetik, contoh :
proglorperazin (compazine).
·
Kaji ulang pemeriksaan
laboratorium. Contoh : Ht/Hb, elektrolit; GDA (pH); waktu pembekuan.
·
Berikan
cairan IV, elektrolit dan vitamin K.
·
Lakukan
tekanan pada area bekas injeksi ( vena + 5 menit, arteri + 10
menit ) dan gunakan jarum terkecil untuk menyuntik.
·
Gunakan
sikat gigi lembut dan kain penyeka, Bantu pasien untuk beraktivitas sehingga
tak jatuh, pasien memakai sepatu / sendal bila berjalan.
Kolaborasi
·
Berikan
vitamin K sesuai aturan.
·
Observasi
dan catat lokasi, beratnya (skala 0
– 10) dan
karakter nyeri (menetap, hilang timbul, kolik).
·
Tingkatkan
tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.
·
Gunakan
sprei halus/katun ; cairan kalamin ; minyak mandi (Alpha keri), kompres
dingin sesuai indikasi.
·
Dorong
menggunakan tekhaik relaksasi, contoh bimbingan imajinasi, vasualisasi,
latihan nafas dalam.
Kolaborasi
·
Perahankan status puasa,
masukan/pertahankan penghisapan NG sesuai indikasi.
·
Berikan obat sesuai indikasi:
F Antikolinergik, contoh : atropin, propantelin (pro-Banthine).
F Sedatif, contoh fenobarbital.
F Narkotik, contoh : meperidine hidroklorida (Demerol), morfin
sulfat
·
Kaji
distensi abdomen, berhati-hati, mendadak bergerak.
·
Kaji/hitung pemasukan kalori.
·
Timbang BB sesuai indikasi.
·
Berikan
suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan rangsangan berbau.
·
Berikan
kebersihan oral sebelum makan.
·
Ambulasi dan tingkatkan
aktivitas sesuai toleransi.
Kolaborasi
·
Konsul
dengan ahli diet/tim pendukung nutrisi sesuai indikasi.
·
Mulai diet cair rendah lemak
Setelah selang NG di lepas.
·
Berikan
garam empedu, contoh : biliron : zanchol : asam dehidrokoik (decholin) sesuai
indikasi.
·
Awasi pemeriksaan laboratorium,
contoh : BUN, albumin/protein serum, kadar transferin.
·
Berikan
penjelasan atau alas an tes dan persiapannya.
·
Kaji ulang proses penyakit /
progosis. Diskusikan perawatan dan pengobatan.
·
Diskusikan
program penurunan BB bila diindikasikan.
·
Anjurkan
pasien untuk menghindari makanan/minu-man tinggi lemak.
·
Anjurkan istirahat pada
posisi semi-fowler setelah makan.
|
·
Memberikan informasi tentang
status cairan / volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.
·
Muntah berkepanjangan, aspirasi gaster dan pembatasan
pemasukan oral dapat menimbul-kan
defisit natrium, kalium dan klorida.
·
Menurunkan rangsangan pada pusat muntah.
·
Menurunkan
kekeringan membran mukosa, menu-runkan resiko pendara-han oral.
·
Protrombin
menurun dan waktu koagulasi memanjang bila aliran empedu terhambat,
meningkatkan resiko pendarahan/ hemonagi.
·
Memberikan istirahat pada
traksus GI.
·
Menurunkan
mual dan mencegah muntah.
·
Membantu
dalam eva-luasi volume sirkulasi, mengidentifikasi defisit dan mempengaruhi
pilihan intervensi atau penggantian/koreksi.
·
Mempertahankan
volume sirkulasi dan memperbaiki ketidak-seimbangan.
·
Menurunkan
trauma, resiko pendarahan/pem-bentukan hematoma.
·
Menghindari resiko tinggi
teradap cedera dan pendarahan.
·
Memperbaiki
ketidak-seimbangan.
·
Membantu membedakan penybab
nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan/perbai-kan penyakit, dan
terjadinya komplikasi.
·
Tirah baring pada posisi
fowler rendah menurunkan tekanan intraabdomen ; namun pasien akan melakukan
posisi yang menghilang-kan nyeri secara alamiah.
·
Menurunkan
iritasi/kulit kering dan sensasi gatal.
·
Menigkatkan
isirahat, memusatkan kembali perhatian, dapat meningkatan koping.
·
Membuang
secret gastes yang merangsang pengeluaran kolesistokinin dan kontraksi
kandung empedu.
F Menghilangkan refleks spasme/kontraksi
otot halus dan membantu dalam manajemen nyeri.
F Meningkatkan istirahat dan merilekskan
otot halus, menghilangkan nyeri.
F Memberikan penurunan nyeri hebat.
·
Tanda-tanda non-verbal
ketidak-nyamanan b/d gangguan pencernaan.
·
Mengidentifikasi
kekurangan/kebutuhan nutrisi.
·
Mengawasi keefektifan rencana
diet.
·
Untuk
meningkatkan nafsu makan/menurun-kan mual.
·
Mulut
yang bersih meningkatkan nafsu makan.
·
Membantu dalam mengeluarkan
flatus dan penurunan distensi abdomen.
·
Berguna dalam membuat kebutuhan
nutrisi individual melalui rute yang paling tepat.
·
Pembatasan
lemak menurunkan rangsangan pada kandung empedu serta mencegah kekambuhan.
·
Meningkatkan pencernaan dan
absorbsi lemak, vitamin larut dalam lemak, kolesterol. Berguna pada kolesitis
kronis.
·
Memberkan
informasi tentang kekurangan nutrisi/keefektifan terapi.
·
Informasi
menurunkan cemas, dan rangsangan simpatis.
·
Memberikan
dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
·
Kegemukan
adalah factor resiko yang dihubungkan dengan kolesistitis.
·
Mencegah/membatasi
terulangnya serangan kandung empedu.
·
Meningkatkan aliran empedu
dan relaksasi umum selama proses pencernaan awal.
|
DAFTAR PUSTAKA
·
Doenges, Marilyn. E, 1999, “Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien”, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.
·
Ganong
William. F, 1998,
“Buku Ajaran Fisiologi Kedokteran”, Edisi 17, Penerbit Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.
·
Junaidi.
P, dkk, 1982,
“Kapitsa Selekta Kedokteran”, Media Aesculapius ; Jakarta.
·
Long. P and Cassmeyer. W, 1991, “Medical-Surgical Nursing
Concepts and Clinical Practice”, Fourth Edition, Mosby Year Book.
·
Sodeman. A dan Sodeman. Thomas,
1995, “Sodeman
Patofisiologi”, Edisi 7
Jilid II, Hipokrates ; Jakarta.