ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
Hemoroid
A. PENGERTIAN
Hemoroid
adalah varikositis akibat dilatasi pleksus vena hemoroidalis interna ( Underwood,
J.C.E; 1999 ).
Hemoroid adalah vena yang berdilatasi dalam kanal anal ( Smeltzer Suzanne C; 2001 ).
B. ETIOLOGI
Beberapa faktor etiologi menurut Sylvia Anderson P.
(1994) adalah sebagai berikut :
1.
Konstipasi/diare
2.
Sering
mengejan
3.
Kongesti
pelvia pada kehamilan
4.
Pembesaran
prostat
5.
Fibroama
uteri
6.
Tumor
rectum
7.
Penyakit
hati kronik yang disertai hipertensi portal.
C. PATOFISIOLOGI
Hemoroid timbul akibat
kongesti vena yang disebabkan gangguan balik dari vena hemoroidalis
Hemoroid ada dua jenis
yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna terjadi
varises pada vena hemoroidalis superior media dan timbul disebelah dalam otot
spingter ani. Hemoroid eksterna terjadi
varises pada vena hemoroidalis inferior, dan timbul disebelah luar otot
spingter ani.
Hemoroid eksterna ada
dua klasifikasi yaitu akut dan kronik. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat
kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, walaupun disebut
sebagai hemoroid trombosis akut. Bentuk terasa sangat nyeri gatal karena ujung
saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik (skin tag)
berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung
dan sedikit pembuluh darah.
Hemoroid interna
diklasifikasikan sebagai derajat I, II, dan III. Hemoroid interna derajat I
tidak menonjol melalui anus dan dapat ditemukan dengan proktoskopi. Lesi
biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior kanan, mengikuti
penyebaran cabang-cabang vena hemoroidalis superior, dan tampak sebagai
pembengkakan globular kemerahan. Hemoroid interior derajat II dapat mengalami
prolapsus melalui anus setelah defekasi, hemoroid ini dapat mengecil secara
spontan atau dapat direduksi secara manual. Hemoroid interna derajat III mengalami
prolapsus secara permanen. Gejala hemoroid interna yang paling sering adalah
perdarahan tanpa nyeri karena tidak ada serabut-serabut nyeri pada daerah ini.
Kebanyakan kasus hemoroid adalah hemoroid campuran interna dan eksterna.
Komplikasi hemoroid yang
paling sering adalah perdaraha, trombosis, dan stranggulasi. Hemoroid yang
mengalami stranggulasi adalah hemoroid yang mengalami prolapsus dimana suplai
darah dihalangi oleh sfingter ani.
Kebanyakan penderita
hemoroid tidak memerlukan pembedahan. Pengobatan berupa kompres duduk atau
bentuk pemanasan basah lain, dan penggunaan supositoria. Eksisi bedah dapat
dilakukan bila perdarahan menetap, terjadi prolapsus, atau pruritus dan nyeri
anus tidak dapat diatasi.
D. PATHWAY KEPERAWATAN
E. PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan diambil untuk menentukan
adanya rasa gatal, rasa terbakar, dan nyeri beserta karakteristiknya. Apakah
terjadi selama defekasi ?, Berapa lama nyeri tersebut ? adakah nyeri abdomen
yang berhubungan dengan hal itu ?, Apakah terdapat perdarahan dari rectum ?,
Seberapa banyak ?, Seberapa sering ?, Apakah warnanya ?, Adakah cairan lain
seperti mucus atau pus ?, Pertanyaan lain berhubung dengan pola eliminasi dan
penggunaan laksatif, riwayat diet, masukan serat, jumlah latihan, tingkat
aktifitas, dan pekerjaan.
2. Pengkajian Objektif
Pengkajian objektif mencakup menginspeksi
feses akan adanya darah atau mucus, dan area perineal akan adanya hemoroid,
fisura, iritasi, atau pus.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan
pengkajian, diagnosa keperawatan yang utama adalah sebagai berikut :
- 1.
Konstipasi
berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri selama defekasi.
- 2.
Ansietas
berhubungan dengan rencana pembedahan.
- 3.
Nyeri
berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rectal/anal
sekunder akibat penyakit hemoroid dan spasme sfingter pada pasca operatif.
- 4.
Perubahan
eliminasi urinarius berhubungan dengan rasa takut nyeri pada pasca operatif.
- 5.
Risiko
ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik.
Masalah kolaboratif yang mungkin muncul adalah Potensial Komplikasi
(PK) hemoragi.
G. PERENCANAAN
1.
Tujuan
Tujuan utama adalah sebagai
berikut :
a. Menghilangkan konstipasi
b.
Menurunkan
ansietas
c.
Menghilangan
nyeri
d.
Meningkatkan
eliminasi urinarius
e.
Klien
patuh dengan program terapeutik
f. Mencegah terjadinya komplikasi
2.
Intervensi
Keperawatan
a.
Menghilangkan
Konstipasi
1) Masukan cairan sedikitnya 2 liter sehari untuk memberikan hidrasi
yang adekuat.
2)
Anjurkan
makan tinggi serat untuk melancarkan defekasi.
3)
Berikan
laksatif sesuai resep.
4)
Pasien
dianjurkan untuk miring guna merangsang usus dan merangsang keinginan defekasi
sebisa mungkin.
5)
Menganjurkan
pasien untuk latihan relaksasi sebelum defekasi akan membantu merilekskan
otot-otot perineal abdomenyang kemungkinan berkonstriksi atau mengalami spasme
abdomen.
b.
Menurunkan
Ansietas
1) Identifikasi kebutuhan psikologis khusus dan rencana asuhan yang
bersifat individu.
2)
Berikan
privasi dengan membatasi pengunjung bila pasien menginginkannya.
3)
Pertahankan
privasi klien saat memberikan tindakan keperawatan.
4) Berikan
pengharum ruangan bila balutan berbau menyengat.
c.
Menghilangkan
Nyeri
1)
Dorong
klien untuk memilih posisi nyaman.
2) Berikan bantalan flotasi dibawah bokong pada saat duduk dapat
membantu menurunkan nyeri.
3)
Berikan
salep analgesik sesuai resep untuk menurunkan nyeri.
4)
Berikan
kompres hangat untuk meningkatkan sirkulasi dan meringankan jaringan yang
teriritasi.
5)
Berikan
rendaman duduk tiga atau empat kali sehari untuk menghilangkan rasa sakit dan
nyeri dengan merelakskan spasme sfingter.
6)
Berikan
agen anaestetik topical sesuai resep untuk menghilangkan iritasi local dan rasa
sakit.
7)
Anjurkan
klien melakukan posisi telungkup dengan interval tertentu untuk meningkatkan
drainase dependen cairan edema.
d.
Meningkatkan
Eliminasi Urinarius
1) Tingkatkan masukan cairan
2) Bantu klien untuk mendengarkan aliran air
3) Bantu klien meneteskan air diatas meatus urinarius
4) Lakukan pemasangan kateter
5) Pantau haluaran urin dengan cermat setelah pembedahan.
e.
Pemantauan
dan Pelaksanaan Komplikasi
1) Periksa dengan sering daerah operasi terhadap munculnya perdarahan
rectal.
2)
Kaji
indicator sistemik perdarahan berlebihan (takikardia, hipotensi, gelisah,
haus).
3)
Hindari
pemberian panas basah karena dapat menyebabkan dilatasi dan perdarahan.
f.
Pendidikan
pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah.
1) Instruksikan klien untuk mempertahankan kebersihan area perianal.
2)
Dorong
pasien untuk berespon dengan cepat ketika dorongan defekasi muncul, untuk
mencegah konstipasi.
3)
Instruksikan
klien untuk diet tinggi cairan dan serat.
4)
Pasien
diinformasikan untuk diet yang ditentukan, laksatif yang dapat digunakan dengan
aman, dan pentingnya latihan.
5)
Dorong
klien untuk ambulasi sesgera mungkin, anjurkan latihan tingkat sedang.
6)
Ajarkan
cara melakukan rendam duduk pada klien setiap setelah defgekasi selama 1 sampai
2 minggu setelah pembedahan.
H. EVALUASI
Hasil yang diharapkan
adalah sebagai berikut :
1.
Mendapatkan
pola eliminasi normal.
a.
Menyusun
waktu untuk defekasi, biasanya setelah makan atau setelah tidur.
b.
Berespon
terhadap dorongan untuk defekasi dan menyediakan waktu untuk duduk ditoilet dan
mencoba untuk defekasi.
c.
Menggunakan
latihan relaksasi sesuai kebutuhan.
d.
Menambah
makanan tinggi serat pada diet.
e.
Meningkatkan
masukan cairan sampai 2 L/24 jam.
f.
Melaporkan
penurunan ketidaknyamanan pada abdomen.
2.
Mengalami
sedikit ansietas.
3.
Mengalami
nyeri sedikit.
a.
Mengubah
posisi tubuh dan aktifitas untuk meminimalkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Menyusun waktu untuk defekasi, biasanya setelah makan atau pada waktu tidur.
b.
Menepapkan
kompres hangat/dingin pada area rectal / anal.
c.
Melakukan
rendam duduk 3 atau 4 kali sehari.
4.
Mentaati
program terapeutik.
a.
Mempertahankan area perianal kering.
b.
Mengalami
feses lunak dan berbentuk secara teratur.
5.
Bebas
dari masalah perdarahan
a.
Insisi
bersih
b.
Menunjukkan
tanda vital normal
c.
Menunjukkan
tidak ada tanda hemoragi.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer Suzanne C., Bare Brenda G.; ( 2001 ); Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth; edisi 8; alih bahasa;
Monica Ester, et al; Jakarta; EGC.
Price Sylvia A., Wilson Lorraine M.;( 1994 );Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit; jilid 1; edisi 8; alih bahasa; Peter
Anugerah, Jakarta, EGC.
Carpenito Lynda Juall; ( 1997 ); Diagnosa Keperawatan
Buku Saku; edisi 6; alih bahasa; Yasmin Asih; Jakarta; EGC.
Robbins, Stanley L;(1995); Buku Ajar Patologi II
(Basic Pathology); alih bahasa, staf pengajar laboratorium patologi anatomi
FK UNAIR; Jakarta; EGC
Underwood, J.C.E; (1999) Patologi Umum dan Sistematik;
vol.2; ed.2; editor edisi bahasa Indonesia, Sarjadi dkk; Jakarta; EGC
0 comments:
Post a Comment